Renungan Pagi “Kabar
Baik Dari Patmos” 06 Februari 2013
“Aku tahu segala pekerjaanmu; baik jerih payahmu MAUPUN KETEKUNANMU, Aku tahu,….DAN ENGKAU TETAP SABAR DAN MENDERITA OLEH KARENA NAMAKU; dan engkau tidak mengenal lelah” (Wahyu 2:2,3).
Di
sini Yesus menggunakan dua kata bahwa Yunani untuk mengekspresikan “bertahan
dengan sabar” dan “bertahan dalam kesulitan atau kesukaran.” Rasanya kedua kata itu mengungkapkan dua cara
yang berbeda mengatakan hal yang sama.
Namun coba kita satukan kedua konsep ini, maka kita memperoleh makna
yang berarti maju terus di saat Anda tidak bisa maju lagi, atau bertekun
menanggung beban saat beban itu begitu menekan.
Kata itu adalah perpaduan dari kata bahasa Inggris “Kesabaran” dan kata “ketahanan.”
Saya
teringat ketika keluarga saya mengunjungi para kerabat di wilayah Denver. Kami memutuskan berkendara hingga ke puncak
Gunung Evans setinggi 14.000 kaki yang terletak di luar Mike-High City,
Denver. Perjalanannya indah walau cuaca
di puncak sangat dingin dan berangin.
Saat melihat peta, saya perhatikan ada jalan setapak di sebelah kiri
jalan di batas ketinggian 12.500 kaki, berkelok-kelok sepanjang kurang lebih 1
mil lalu kembali lagi ke jalur utama di batas ketinggian 11.500 kaki.
Saya
punya ide “birilian.” Kami bisa memarkir
mobil di permulaan jalan setapak lalu berjalan turun hingga tiba di belokan
berikutnya. Lalu saya akan berjalan
kembali ke mobil dan menjemput yang lain ! Kondisi fisik saya sangat baik, dan
rencana itu kedengarannya menyenangkan bagi saya.
Perjalanan
turun sangat luar biasa, cuaca telah menghangat, dan bunga-bunga liar sungguh
memukau. Ketika jalan telah terlihat,
saya ucapkan selamat tinggal kepada keluarga dan naik kembali ke tempat di mana
kami memarkir mobil. Jarak ke atas hanya
kurang lebih 1.000 kaki, dan saya bergegas supaya keluaga saya tidak menunggu
di bawah. Tetapi udara begitu tipis dan
jalan setapak begitu terjal sehingga sulit untuk berjalan sebanyak 10 hingga 20
langkah tanpa berhenti sejenak untuk menghirup udara. Jantung saya berdebar pada 180 per menit,
sekalipun saya berjalan seperti seekor siput! Setiap langkah merupakan
pergumulan, setiap inci jadi perjuangan keras.
Yang
termudah adalah beristirahat setiap beberapa menit sekali. Tapi dengan sabar saya bertahan, sadar bahwa
keluarga saya sedang menanti di bawah.
Kehidupan Kristiani juga kadang seperti itu. Saat melewati lembah, langkah kita terasa
ringan dan kelihatannya kita mencatat kemajuan pesat. Tapi jika kita memutuskan mencari visi dari
Allah, kita harus naik ke ketinggian gunung-gunung. Kita harus melangkah ke udara yang tipis di
tempat-tempat tinggi. Dan dalam proses
itu, kita belajar apakah yang dimaksud dengan sabar bertahan.
Tuhan, saat keadaan menjadi sulit,
tolonglah aku memusatkan perhatian hanya pada-Mu. Kuatkan aku untuk terus bertahan. Dan bantu aku untuk bertahan saat ini dan
terus melakukan yang benar.
Posting Komentar