Renungan Pagi “Kabar
Baik Dari Patmos” 07 Februari 2013
Namun demikian, Aku mencela engkau,
karena engkau TELAH
MENINGGALKAN KASIHMU YANG SEMULA” (Wahyu 2:4).
Jemaat
di Efesus tampaknya mengulangi pengalaman bangsa Israel sebelum pembuangan ke
Babel. Mengutip perkataan Yeremia bagi
Yerusalem : “Aku teringat…kepada cintamu pada waktu engkau menjadi pengantin,
bagaimana engkau mengikuti Aku di padang gurun” (Yer. 2:2). Tahun-tahun awal pengalaman bangsa Israel di
padang belantara merupakan masa-masa penuh pengabdian dan kesetiaan. Tapi kemudian semuanya berubah : “Aku telah
membuat engkau tumbuh sebagai pokok anggur pilihan…Betapa engkau berubah
menjadi pohon berbau busuk, pohon anggur liar!” (ayat 21).
Seandainya
Anda harus menekankan pada kebenaran doktrinal yang teguh atau kasih dalam suatu
situasi, manakah yang Anda pilih? Saat kita tidak tahu apa yang mesti dibuat,
tindakan paling aman adalah mengasihi.
Kitab 1 Korintus 13 mengatakan bahwa kita bisa saja memiliki semua
kebenaran doktrinal dan segala macam pekerjaan baik, tetapi jika kita tidak
memiliki kasih semua itu tidak ada gunanya.
Ellen White menyimpulkan, “Dalam pembaruan, sebaiknya kita tidak berbuat kelewatan dengan
melangkah terlalu jauh. Dan seandainya terjadi
kesalahan pun, sebaiknya kita berada tak melupakan sisi manusiawinya.
Saya
ingat ketika pergi mengunjungi seorang pria yang telah melakukan
perzinaan. Benak saya berputar-putar,
bagiamana cara pendekatan saya terhadap masalah ini. Saya memutuskan menegurnya dengan keras, karena
saya tahu jika dia tak berubah dalam hidupnya, Setan akan memanfaatkan situasi
ini menjatuhkannya dari Kristus. Ketika
saya tiba di rumahnya, rasanya sulit membahas masalah itu. Malah, kami hanya mengobrol saja. Saya jadi bersikap ramah dan mendukung. Akhirnya saya pulang, sambil memarahi diri
sendiri. Dasar pengecut, kata saya kepada diri sendiri. Selama dua hari berikutnya, saya terus
menerus mengritik diri saya.
Lalu
saya menerima telepon dari pria itu. “Pendeta, semenjak Anda pergi hari itu, Roh
Kudus terus-menerus menegur saya perihal situasi saya. Anda tahu apa yang telah saya lakukan, tapi
Anda tidak mempermalukan. Sebaliknya,
Anda malah memperlakukan saya penuh kasih.
Tadinya saya sudah siap bertengkar, tapi keramahan Anda meluluhkan hati
saya. Saya harus menata lagi hidup
saya. Bersediakah Anda datang
mengajarkannya pada saya ?”
Pada
dasarnya kita cenderung bersikap keras kepada sesama dan mengasihi diri
sendiri. Setiap gereja yang telah
meninggalkan pusat Injil maka akan mulai menyakiti orang-orang sekalipun dia
setia dan mempertahankan doktrin yang benar.
Ketika kita tak yakin bagaimana harus menangani situasi tertentu, lebih
baik kita mengambil resiko salah yaitu menebar kasih dan belas kasihan.
Tuhan, tolonglah aku untuk tidak pernah
mengritik orang lain sebelum aku memandang mereka lewat kacamata-Mu dan
mengasihi mereka seperti Engkau mengasihi mereka.
Posting Komentar