Latest Post

Akan Terjadi Misi ke Kota

Written By Unknown on Rabu, 02 Oktober 2013 | 16.08

Klik Gambar Untuk Melihat Ukuran Besar
 


Download DISINI



7 Rahasia Sukses

Klik Gambar Untuk Melihat Ukuran Besar


Download DISINI

VIDA Itulah Hidup

Klik Gambar Untuk Melihat Ukuran Besar


Download DISINI

Peta Kehidupan

Klik Gambar Untuk Melihat Ukuran Besar
 


Download DISINI

PERTOBATAN SEJATI

Written By Unknown on Senin, 22 Juli 2013 | 10.12



Pertobatan yang Sejati dan yang Palsu - 1
Charles G Finney

Sebelum saya membahas lebih jauh pokok tentang pertobatan yang sejati dan yang palsu, saya ingin sampaikan bahwa pembahasan ini hanya bermanfaat bagi mereka yang mau dengan jujur menerapkannya kepada diri mereka sendiri. Jika Anda berharap untuk bisa mendapat sesuatu manfaat dari apa yang akan saya sampaikan, Anda harus tetapkan untuk membuat penerapan yang tulus secara pribadi. Bersikap jujurlah seperti jika Anda akan menghadap Tuhan. Jika Anda bersedia melakukannya, saya harap Anda akan bisa dapati seperti apa sesungguhnya hubungan Anda dengan Tuhan.
Saya berencana untuk menunjukkan perbedaan antara pertobatan yang sejati dan yang palsu mengikuti urutan pembahasan seperti ini:
I. Menunjukkan bahwa keadaan alami manusia adalah keadaan yang murni egois
II. Menunjukkan bahwa karakter orang Kristen itu berisi kebajikan. Artinya, [seorang Kristen itu] memilih untuk membahagiakan orang lain.
III. Menunjukkan bahwa kelahiran kembali di dalam Kristus Yesus merupakan suatu perubahan dari keegoisan menuju kebajikan.
IV. Menunjukkan beberapa bidang di mana orang-orang Kudus dan orang-orang berdosa, atau orang yang bertobat secara sejati dengan yang palsu, memiliki kesamaan dan juga perbedaan dalam hal-hal tertentu.
V. Menjawab beberapa persoalan
VI. Menyimpulkan dengan menyajikan beberapa penekanan.
I. Keadaan alami seorang manusia, atau cara hidup manusia sebelum betobat adalah keegoisan yang murni dan tidak ada campuran [kebaikan apapun] di dalamnya.
Keegoisan itu berarti menempatkan kebahagiaan pribadi Anda sebagai yang paling utama, dan juga mengejar keuntungan pribadi Anda. Orang yang egois menempatkan kebahagiaan pribadinya di atas segala yang lain, misalnya diatas kemuliaan Allah dan kebaikan seisi alam. Sangatlah jelas bahwa semua orang berada dalam keadaan ini sebelum bertobat. Hampir semua orang tahu bahwa orang-orang berurusan antara satu dengan yang lain berdasarkan prinsip keegoisan. Kalau ada orang yang menafikan hal ini, lalu coba berurusan dengan orang lain dengan cara yang tidak egois, maka dia akan dianggap bodoh.
II. Karakter seorang Kristen itu berisi kebajikan
Watak yang berisi kebajikan itu berarti suka membahagiakan orang lain, atau, lebih memilih untuk membahagiakan orang lain. Ini adalah pola pikir Allah. Kita diberitahu bahwa Allah itu kasih; artinya, Dia itu penuh kebajikan. Kebajikan memenuhi segenap kepribadian-Nya. Semua kualitas kepribadian-Nya yang lain hanya merupakan ungkapan berbeda dari kebajikan-Nya.
Setiap orang yang bertobat memiliki kecenderungan untuk menyerupai kepribadian Allah. Saya tidak bermaksud mengatakan bahwa tak seorang pun yang bisa disebut bertobat jika dia tidak benar-benar memiliki kebajikan seperti Allah secara murni dan sempurna - melainkan bahwa kecenderungan pilihannya adalah pilihan berdasarkan kebajikan. Dia dengan tulus mengupayakan kebahagiaan orang lain, bukan karena hal itu akan membuatnya berbahagia nantinya.
Allah memiliki kebajikan yang murni dan tidak egois. Dia tidak membahagiakan orang-orang demi kesenangan pribadi-Nya, melainkan karena Dia memang mencintai kebahagiaan orang lain itu. Dia bukannya tidak berbahagia di dalam memberkati mereka, tapi kebahagiaan pribadi-Nya bukanlah tujuan yang Dia kejar. Orang yang tidak egois menemukan kebahagiaan saat mengerjakan perbuatan baik. Jika dia tidak gemar berbuat baik, tentunya perbuatan baik itu tidak menjadi hal yang dia utamakan.
Kebajikan adalah kekudusan. Itulah hal yang dituntut oleh hukum Allah, "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu" dan, "Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." ," (Mat. 22.37, 39) Sama seperti orang yang sudah bertobat itu menaati hukum Allah, dia juga penuh kebajikan seperti Allah.
III. Pertobatan sejati adalah perubahan dari keegoisan puncak menuju kasih kepada kebahagiaan orang lain
Pertobatan yang sejati adalah perubahan atas tujuan yang Anda kejar, dan bukan sekadar perubahan dalam cara Anda mengejar cita-cita Anda.  Tidak benar jika dikatakan bahwa orang yang bertobat dengan yang tidak bertobat itu memiliki cita-cita yang sama, dan perbedaannya hanya terletak pada cara mengejarnya. Ini sama saja dengan mengatakan bahwa malaikat Gabriel dan Iblis sama-sama berjuang mengejar kebahagiaan pribadi mereka, hanya saja cara mereka mengejarnya berbeda. Gabriel mentaati Allah bukan dalam rangka mengejar kebahagiaan pribadinya.
Seseorang bisa saja mengubah cara dia bertindak, namun tetap mengejar kebahagiaan pribadinya. Dia bisa saja orang yang tidak percaya kepada Yesus, atau pada kekekalan, akan tetapi dia bisa melihat bahwa berbuat baik itu bisa menguntungkannya di dunia ini dan memberi dia banyak keuntungan pribadi (yang bersifat sementara).
Anggaplah orang ini akhirnya bisa melihat realitas dari kekekalan dan memeluk agama dalam rangka mendapati kebahagiaan di dalam kekekalan itu. Nah, setiap orang tahu bahwa tidak ada hal yang berharga yang bisa didapati di sini. Bukan pelayanannya kepada Tuhan yang memberkati Tuhan, melainkan alasan mengapa dia melayani Allah itulah yang terpenting.
Petobat sejati menjadikan kemuliaan Allah dan kemajuan Kerajaan-Nya sebagai cita-citanya. Dia memilih hal tersebut sebagai tujuan hidupnya, karena dia melihat hal ini sebagai kebajikan yang lebih utama dibandingkan kebahagiaan pribadinya. Bukan karena dia tidak peduli dengan kebahagiaan pribadinya, melainkan karena dia lebih mengutamakan kemuliaan Allah, karena kemuliaan Allah adalah kebajikan yang lebih utama. Dia mengejar kebahagiaan orang-orang lain sesuai dengan makna penting yang bisa dia lihat di sana (sejauh dia mampu menilai hal tersebut), dan dia memilih kebajikan tertinggi itu sebagai cita-cita utamanya.
IV. Saya akan tunjukkan beberapa bidang di mana orang kudus sejati dan orang yang disesatkan memiliki kesamaan - dan bidang-bidang di mana mereka berbeda
1. Mereka bisa sepakat dalam hal kehidupan yang dikendalikan oleh moralitas yang tinggi. Perbedaannya terletak pada motivasi mereka. Orang kudus sejati menjalani kehidupan yang bermoral karena mereka mengasihi kekuusan - orang yang disesatkan memiliki motivasi yang egois. Dia akan memanfaatkan moralitas sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu, demi kebahagiaan pribadi mereka.
2. Mereka bisa saja sama-sama giat berdoa, sejauh yang bisa dilihat secara langsung. Perbedaannya terletak pada motivasi mereka. Orang kudus sejati memang mengasihi doa - orang yang disesatkan berdoa karena mereka berharap untuk bisa memperoleh keuntungan dengan doa mereka. Orang kudus sejati memang mengharapkan suatu hasil dari doa mereka, akan tetapi hal ini bukanlah motivasi utama mereka. Petobat palsu berdoa murni dengan motivasi yang egois.
3. Mereka bisa terlihat sama-sama bersemangat dalam hal keagamaan. Orang bisa saja memiliki semangat yang tinggi mengikuti pengetahuan mereka, dan dia memang secara tulus berhasrat untuk melayani Tuhan. Petobat palsu bisa juga menunjukkan semangat yang tinggi, namun dengan tujuan menjamin keselamatan pribadinya, dan juga karena dia takut masuk neraka kalau dia tidak bekerja buat Tuhan. Mungkin dia juga melayani Allah demi meredam desakan hati nuraninya, bukan karena dia mengasihi Tuhan.
4. Mereka bisa terlihat sama-sama mengasihi hukum Allah. Orang kudus sejati mengasihi hukum Allah karena kesempurnaan, kekudusan, keadilan dan kebaikan dari hukum tersebut; orang yang egois mengira bahwa jika menjalankan hukum tersebut dia bisa menikmati kebahagiaan pribadi.
5. Mereka bisa terlihat sama-sama mendukung sanksi-sanksi yang terkandung dalam hukum Allah. Orang kudus sejati mengaitkan hukum Allah dengan diri pribadi mereka dalam pengertian bahwa sangatlah adil jika Allah memasukkan mereka ke dalam neraka. Orang yang disesatkan bisa saja menghormati hukum tersebut, karena dia tahu bahwa aturan yang ditegakkan di sana memang benar, akan tetapi dia merasa bahwa dirinya tidak berada dalam cakupan hukum tersebut.
6. Mereka bisa saja menolak beberapa hal yang sama. Menyangkal diri bukan hal yang dilakukan oleh kalangan orang kudus saja. Coba lihat pengorbanan dan penyangkalan diri yang dilakukan oleh kaum muslim, yang menjalankan ibadah haji ke Mekah. Lihatlah disiplin dan penyangkalan diri yang dilakukan oleh orang-orang yang tersesat di dalam berbagai macam aliran kepercayaan timur itu. Orang kudus sejati menyangkal dirinya untuk bisa lebih banyak berbuat baik kepada orang lain. Pengorbanan dirinya tidak dilakukan demi meninggikan diri ataupun kepentingannya. Orang yang tersesat bisa saja melakukan hal yang sebanding dengan hal tersebut, akan tetapi murni dari niat yang egois.
7. Mereka bisa saja sama-sama memiliki kerelaan untuk mengorbankan nyawa. Bacalah kisah kehidupan para martir dan Anda bisa lihat betapa mereka memiliki kerelaan untuk berkorban bahkan demi ide yang salah mengenai imbalan yang akan diterima dengan pengorbanan mereka. Banyak orang yang berani menerjang maut karena keyakinan bahwa cara yang sedang mereka jalani adalah jalan yang paling benar yang menuju kekekalan.
8. Keduanya bisa saja memiliki kerelaan untuk berkorban sangat besar untuk menjalankan kebenaran. Petobat yang sejati melakukan hal itu karena dia mengasihi kebenaran, sedangkan petobat yang palsu melakukannya karena dia tahu bahwa dia tidak bisa diselamatkan jika tidak menjalankan kebenaran. Dia bisa saja bersikap jujur dalam transaksi bisnisnya, namun tanpa motivasi yang lebih mulia, maka tindakannya itu tidak akan dihargai oleh Allah.
9. Mereka bisa saja menghasratkan hal yang sama di dalam beberapa bidang
Mereka bisa sama-sama berhasrat untuk menjadi orang yang berguna bagi masyarakat. Petobat yang sejati berhasrat menjadi orang yang berguna karena memang sangat menghargai nilai orang yang berguna bagi masyarakat, sedangkan petobat yang palsu menghasratkan hal itu karena dia memandang bahwa itu adalah jalan untuk menjadi berkenan kepada Allah.
Mereka bisa sama-sama mengharapkan orang lain bertobat. Bagi orang kudus sejati, karena hal itu akan memuliakan Allah, sedangkan bagi orang yang tersesat, hal itu dalam rangka mendapatkan perkenan dari Allah. Dia akan dimotivasi oleh niatan tersebut, misalnya di saat dia sedang memberikan uang. Setiap orang tahu bahwa seseorang bisa memiliki kerelaan untuk menyumbang ke sebuah organisasi, ataupun Perhimpunan Misionaris, berlandaskan motivasi yang egois untuk mendapatkan kebahagiaan dari pujian dari manusia, atau mengejar perkenan dari Allah. Dengan demikian, dia juga bisa saja mengharapkan pertobatan dari orang-orang, dan berusaha keras untuk mewujudkannya, namun dengan berlandaskan motivasi yang egois.
Mereka bisa saja sama-sama berhasrat untuk memuliakan Allah. Orang kudus yang sejati menghasratkan itu karena dia ingin melihat Allah dimuliakan, sedangkan orang yang tersesat melakukannya karena dia memandang hal itu sebagai satu-satunya jalan untuk diselamatkan. Petobat yang sejati mengarahkan hatinya mengejar kemuliaan bagi Allah. Sedangkan pihak yang tersesat menghasratkan hal itu demi keuntungan pribadinya.
Mereka bisa saja sama-sama berhasrat untuk bertobat. Petobat yang sejati membenci dosa karena dosa itu menyakitkan dan mempermalukan Allah, oleh karenanya, dia ingin bertobat dari dosanya. Petobat yang palsu juga ingin bertobat karena dia menganggap bahwa kalau tidak bertobat, maka dia akan dihukum.
Mereka bisa sama-sama ingin mentaati Allah. Orang kudus yang sejati taat supaya dia bisa meningkatkan kekudusannya. Petobat yang palsu mentaati Allah karena dia mengharapkan imbalan dari ketaatannya.
10. Mereka bisa mengasihi hal yang sama
Mereka bisa saja sama-sama mengasihi Alkitab. Bagi petobat sejati hal  ini karena Alkitab itu adalah kebenaran dari Allah. Dia bergemar di dalam kasihnya pada Alkitab. Orang yang tersesat mengasihi Alkitab karena mengira bahwa isi Alkitab mendukungnya, dan memandang isi Alkitab sebagai suatu rencana yang akan menggenapi harapannya.
Mereka bisa sama-sama mengasihi Allah - yang satu karena melihat bahwa karakter Allah itu begitu indah dan menyenangkan, dan dia mengasihi Allah demi menyenangkan hati Allah. Yang satunya lagi, karena dia mengira bahwa Allah adalah sahabat khusus yang akan membuatnya bahagia selamanya, lalu dia mengaitkan pemahaman tentang keberadaan Allah itu dengan kepentingan egoisnya.
Mereka bisa sama-sama mengasihi Kristus. Petobat sejati mengasihi karakter Kristus. Orang yang tersesat mengira bahwa Kristus akan menyelamatkannya dari neraka, dan memberi dia hidup yang kekal...jadi, dia merasa tidak punya alasan untuk tidak mengasihi Kristus.
Mereka bisa sama-sama mengasihi orang Kristen. Petobat yang sejati melakukannya karena dia melihat gambaran Kristus di dalam diri orang-orang Kristus, dan bisa menikmati kebersamaan rohani dengan orang-orang Kristen tersebut. Orang yang tersesat mengasihi orang-orang Kristen karena kesamaan denominasi, atau mungkin juga mereka berada di pihak yang sama. Dia juga gemar membicarakan tentang minatnya pada kekristenan dan harapannya untuk bisa masuk ke surga.
Mereka bisa sama-sama gemar menghadiri ibadah-ibadah keagamaan. Bagi orang kudus, hal ini karena hatinya memang gemar akan penyembahan, doa, memanjatkan pujian dan berbagi Firman Allah - sedangkan bagi orang yang tersesat, hal ini karena acara-acara kebaktian itu merupakan tempat yang bagus untuk menaikkan harapannya.
Keduanya bisa sama-sama menikmati saat-saat berdoa secara pribadi. Bagi orang kudus sejati, hal ini karena dia dekat dengan Allah dan bergemar dalam persekutuan dengan-Nya. Bagi orang yang tersesat, hal ini karena dia memperoleh kepuasan karena merasa dirinya adalah orang benar, merasa bahwa sudah merupakan tugasnya untuk berdoa secara pribadi.
Mereka bisa sama-sama mengasihi doktrin kasih karunia - bagi orang kudus sejati, hal ini karena hal tersebut sangat memuliakan Allah, sedangkan bagi yang tersesat hal ini karena mengira bahwa ajaran tersebut menjamin keselamatan pribadi mereka.
11. Mereka bisa sama-sama membenci sesuatu hal
Mereka bisa sama-sama membenci kebejatan seksual serta menentangnya dengan sangat keras - orang kudus sejati membencinya karena hal itu bersifat merusak dan bertentangan dengan Allah, sedangkan bagi yang tersesat hal itu bisa saja karena bertentangan dengan pandangan pribadinya.
Mereka bisa sama-sama membenci dosa - bagi petobat sejati, hal itu karena dosa bertentangan dengan Allah, sedangkan bagi orang yang tersesat, karena dosa telah menyakitinya. Seringkali orang membenci dosa-dosa mereka sendiri, akan tetapi mereka tidak meninggalkan dosa-dosa itu.
Mereka bisa sama-sama menentang orang berdosa. Penentangan yang dilakukan oleh orang kudus sejati dilandasi oleh kasih. Mereka melihat bahwa karakter dan perilaku si orang berdosa itu akan merusak Kerajaan Allah. Bagi orang yang tersesat, mereka menentang orang berdosa karena agama yang berbeda atau karena berada di pihak yang berbeda.
Di dalam semua bidang tersebut, motif masing-masing pihak saling bertentangan. Perbedaannya terlihat dari pilihan tujuan atau gol yang mereka ambil. Yang satu memilih mengutamakan kepentingannya, yang satunya lagi memilih kepentingan Allah sebagai tujuan utamanya.
Pertobatan yang Sejati dan yang Palsu - 2
Charles G Finney

Beberapa pertanyaan tentang perbedaan di antara orang Kristen yang sejati dan palsu
1. "Jika kedua kelompok itu sangat mirip dalam banyak hal, lalu bagaimana cara agar kita bisa mengenali karakter kita sendiri, atau mengetahui di dalam kelompok mana kita berada?"
Kita sama-sama tahu bahwa hati ini sangat penuh dengan tipu daya, dan memang sangat licik (Yer. 17:9), jadi bagaimana kita bisa tahu bahwa kita memang mengasihi Allah dan juga kekudusan, atau kita ini sekadar mencari imbalan dari Allah, mengejar tempat di surga demi kepentingan pribadi?
Jika kita benar-benar memiliki kebajikan, hal itu akan tampak dari tindakan kita sehari-hari.
Jika di dalam cara kita berurusan dengan orang lain itu kita dilandasi oleh watak yang egois, maka keegoisan itu juga akan melandasi cara kita berurusan dengan Allah. "Jikalau seorang berkata: 'Aku mengasihi Allah,' dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya." (1 Yoh 4:20).
Menjadi seorang Kristen bukan sekadar urusan mengasihi Allah, melainkan juga hal mengasihi sesama manusia. Dan jika tindakan sehari-hari kita dilandasi oleh keegoisan, maka kita ini bukan orang yang sudah bertobat - sebab, jika kita tetap tergolong sebagai orang Kristen, maka itu berarti kita bisa menjadi seorang Kristen tanpa mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri.
Jika Anda tidak egois, maka tanggungjawab spiritual Anda tidak akan menjadi suatu beban bagi Anda. Sebagian orang mengerjakan perintah Allah dengan sikap hati yang sama seperti seorang pasien yang meminum obat dari dokter - yakni karena dia berharap untuk bisa mendapatkan hasil yang baik buat dirinya pribadi, dan dia tahu bahwa dia harus meminumnya atau menghadapi kematian. Pelaksanaan itu selalu dia jalankan atas rasa terpaksa.
Jika Anda egois, maka sukacita Anda akan sangat dipengaruhi oleh seberapa tinggi harapan Anda untuk bisa masuk ke surga.
Saat Anda merasa sangat yakin bahwa Anda akan masuk surga, maka Anda akan sangat menikmati kehidupan Kristen Anda. Sukacita Anda bergantung pada harapan Anda, bukan karena kasih Anda pada hal-hal yang sedang Anda harapkan itu. Saya tidak menyatakan bahwa orang-orang kudus itu tidak bersukacita akan pengharapan mereka, akan tetapi harapan itu sendiri bukan hal yang terpenting bagi mereka. Mereka tidak banyak memikirkan tentang harapan pribadi mereka karena pikiran mereka tersita akan hal-hal yang jauh lebih bernilai.
Jika Anda egois, maka sukacita Anda lebih banyak dipengaruhi oleh penantian akan harapan pribadi Anda. Orang-orang kudus yang sejati bersukacita di dalam damai sejahtera yang datang dari Allah dan surga sudah terbentuk di dalam jiwa mereka. Ia tidak menunggu sampai mati nanti baru akan menikmati sukacita hidup kekal. Sukacitanya begerak sejajar dengan kekudusannya, bukan dengan harapan pribadinya.
Orang yang terperdaya atau tersesat hanya mengejar hasil dari ketaatan, sedangkan orang kudus memiliki jiwa yang taat.
Ini adalah perbedaan yang penting, dan saya kuatir hanya sedikit orang yang bisa memiliki jiwa yang taat itu. Orang kudus yang sejati memang benar-benar memiliki kecenderungan untuk taat, dan ketaatannya itu bersumber dari dalam hatinya - oleh karenanya, ketaatan itu menjadi hal yang mudah baginya. Petobat palsu bertekad untuk menjadi kudus karena tahu bahwa hanya itu jalan untuk mengejar kebahagiaan. Orang kudus yang sejati memilih kekudusan karena kasihnya pada kekudusan, dan dia memang kudus.
Petobat yang sejati dan yang palsu juga memiliki perbedaan dalam iman mereka.
Orang kudus sejati memiliki keyakinan akan kepribadian dan karakter Allah, dan keyakinan ini membawa mereka pada ketaatan yang sepenuh hati kepada Allah. Keyakinan yang sejati kepada janji-janji khusus Tuhan bergantung pada keyakinan akan kepribadian Allah. Hanya ada dua dasar bagi segala jenis pemerintahan, baik yang ilahi maupun yang manusiawi, yang ditaati karena ditakuti atau karena dipercaya. Segala jenis ketaatan bersumber dari salah satu dari kedua prinsip itu.
Di satu sisi, orang menjadi taat karena berharap mendapat imbalan atau takut akan hukuman. Sedangkan di sisi lain, ketaatan itu datang dari keyakinan akan karakter dari pemerintahan, yang dijalankan dengan kasih. Seorang anak mentaati orang tuanya karena dia mengasihi dan mempercayai mereka. Yang lain mungkin menunjukkan ketaatan di permukaan saja karena dilandasi oleh rasa takut dan harapan akan imbalan. Petobat yang sejati memiliki iman, atau keyakinan kepada Allah, yang mendorong dia untuk taat kepada Allah atas dasar kasih. Inilah yang disebut ketaatan iman.
Orang yang tersesat hanya memiliki iman yang separuh-separuh, begitu pula dengan ketaatannya. Iblis juga memiliki iman yang separuh-separuh. Dia percaya dan gemetar ketakutan. Seseorang mungkin meyakini bahwa Kristus datang untuk menyelamatkan orang berdosa, dan berdasarkan pengetahuan itu maka dia mentaati Kristus untuk diselamatkan. Akan tetapi dia tidak sepenuhnya tunduk pada kedaulatan Kristus, atau memberi Kristus kendali atas kehidupannya.
Ketaatannya dilandasi oleh syarat bahwa dia akan diselamatkan. Dia tidak pernah dengan sepenuh hati - tanpa menyimpan sesuatu hal lain di hatinya - meyakini segenap kepribadian Allah sehingga membuat dia bisa berkata, "Kehendak-Mu jadilah." Keyakinan agamanya berbentuk keyakinan akan seperangkat aturan atau hukum. Jenis yang lainnya lagi, memiliki Injil iman; kepercayaannya berlandasakan iman. Yang satu egois, yang satunya lagi dilandasi kebajikan. Di sinilah letak perbedaan sejati dari kedua kelompok tersebut. Kehidupan keagamaan yang satu hanya tampak di permukaan dan bersifat munafik. Yang satunya lagi bersumber dari dalam hati - kudus dan berkenan kepada Allah.
Jika Anda egois, maka Anda hanya bersukacita atas pertobatan seseorang di mana Anda memiliki peranan di dalamnya.
Anda hanya sedikit merasa puas jika pertobatan itu terjadi melalui peranan orang lain. Orang yang egois bersukacita saat dia yang beraktifitas dan berhasil mempertobatkan orang berdosa, karena dia berpikir bahwa dengan itu dia akan menerima imbalan. Akan tetapi dia akan menjadi iri saat melihat orang lain membimbing seorang berdosa kepada Kristus. Orang kudus yang sejati bersukacita melihat orang lain bisa menunjukkan bahwa dia berguna, dan bersukacita melihat seorang berdosa dipertobatkan melalui peranan orang lain, seolah-olah dia juga ikut ambil bagian dari peristiwa itu 
2. "Bukankah saya juga perlu memperhatikan kebahagiaan pribadi saya?"
Tidak salah jika Anda peduli dengan kebahagiaan pribadi Anda sesuai dengan nilai relatifnya. Takarlah kebahagiaan pribadi Anda itu terhadap kemuliaan Allah dan juga kebaikan bagi alam semesta, kemudian baru Anda putuskan - berilah nilai yang sesuai bagi kebahagiaan pribadi Anda itu. Itulah hal yang telah dilakukan oleh Allah. Dan makna inilah yang Dia maksudkan ketika Dia memberi Anda perintah untuk mengasihi sesama manusia seperti diri Anda sendiri.
Menarik sekali, semakin Anda abaikan kebahagiaan pribadi Anda, maka Anda akan menjadi semakin bahagia. Kebahagiaan yang sejati terutama diisi oleh pemenuhan hasrat-hasrat yang tidak egois. Jika Anda bermaksud mengerjakan sesuatu karena memang mengasihi hal yang Anda kerjakan itu, maka kebahagiaan Anda akan bergerak sejajar dengan pancapaian Anda dalam tindakan tersebut. Namun jika Anda berbuat baik hanya untuk mempertahankan kebahagiaan Anda, maka Anda akan gagal. Anda akan seperti anak kecil yang sedang mengejar bayangannya sendiri; dia tidak akan pernah berhasil mendapatkannya, karena bayangan itu akan selalu memiliki jarak dengannya.
3. "Bukankah Kristus memandang bahwa sukacita itu terletak di depan-Nya?"
Memang benar bahwa Yesus mengabaikan rasa malu dan memikul salib, dan memandang kebahagiaan yang terbentang di hadapan-Nya. Akan tetapi kebahagiaan macam apakah yang terbentang di hadapan-Nya itu? Bukan keselamatan pribadi-Nya, bukan sukacita-Nya sendiri, melainkan kebaikan luar biasa yang akan Dia kerjakan bagi keselamatan dunia. Kebahagiaan orang lainlah yang menjadi tujuan-Nya. Dengan demikian, kebahagiaan itu memang terbentang di hadapan-Nya...dan memang kebahagiaan itulah yang Dia dapatkan.
4. "Bukanlah Musa juga mencari imbalan?"
Benar, Musa mencari imbalan. Namun apakah imbalan itu demi keuntungan pribadinya? Jauh dari itu. Hadiah itu adalah keselamatan bag umat Israel. Pernah Allah berniat membinasakan umat Israel membangun satu bangsa besar dari keturunan Musa. Jika Musa egois, tentunya dia akan berkata, "Benar, Tuhan, Biarlah terjadi seperti yang Kau kehendaki atas hamba-Mu ini." Namun apa yang dia katakan? Mengapa hatinya begitu terpaku pada keselamatan umatnya, dan juga kemuliaan Allah, sehingga dia bahkan tidak berpikir untuk menerima niatan Tuhan tersebut. Sebaliknya, dia justru berkata, "Tetapi sekarang, kiranya Engkau mengampuni dosa mereka itu dan jika tidak, hapuskanlah kiranya namaku dari dalam kitab yang telah Kautulis." (Kel. 32:32). Tanggapans semacam ini tidak keluar dari orang yang egois.
5. "Bukankah Alkitab berkata bahwa kita ini mengasihi Allah karena Allah lebih dulu mengasihi kita?"
Memang ada disebutkan, "Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita." (1 Yoh 4:19). Kalimat itu memiliki dua macam makna:
1) Kasih-Nya kepada kita memungkinkan kita untuk mengasihi Dia; atau 2) Kita ini mengasihi Dia karena kebaikan dan pemihakan yang telah Dia tunjukkan kepada kita. Makna yang kedua itu jelas tidak benar karena Yesus Kristus dengan jelas menyatakan satu prinsip di dalam Khotbah di Bukit: "Dan jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu? Karena orang-orang berdosapun mengasihi juga orang-orang yang mengasihi mereka." (Luk 6:32).
Jika kita mengasihi Allah, bukan karena kepribadian-Nya melainkan karena pemihakan-Nya kepada kita, berarti kita ini tidak ada bedanya dengan orang yang belum bertobat.
6. "Bukankah Alkitab menawarkan kebahagiaan sebagai upah dari kebenaran?"
Alkitab menyebutkan kebahagiaan sebagai hasil dari kebenaran, akan tetapi tidak ada disebutkan bahwa kebahagiaan Anda itu adalah alasan untuk berbuat baik.
7. "Mengapa Alkitab terus berbicara tentang harapan dan ketakutan pada manusia jika kepedulian akan kebahagiaan pribadi Anda bukanlah suatu motif yang tepat bagi tindakan-tindakan Anda?"
Manusia pada dasarnya cenderung untuk merusak, dan memang tidaklah salah bertindak menghindarinya. Kita memang boleh peduli akan kebahagiaan kita, namun selalu dengan penilaian yang wajar.
Dan juga, manusia itu mabuk dengan dosa-dosa sehingga Allah tidak bisa masuk ke dalam perhatian mereka, agar mereka bisa mempertimbangkan tentang kepribadian-Nya yang sejati dan alasan-alasan untuk mengasihi Dia, kecuali jika Dia bergerak mengincar harapan dan ketakutan-ketakutan mereka. Namun begitu mereka disadarkan, maka Dia akan menawarkan Injil kepada mereka. Saat seorang penginjil berkhotbah tentang kengerian yang berasal dari Tuhan, sehingga pendengarnya terkejut dan tersadar, selanjutnya dia akan menyampaikan tentang kepribadian Allah kepada mereka, untuk menarik hati mereka agar mengasihi Dia karena kesempurnaan karakter-Nya itu.
8. "Bukankah Injil menawarkan pengampunan sebagai dasar bagi motivasi ketaatan?"
Jika yang Anda maksudkan adalah bahwa seorang berdosa disuruh untuk bertobat dengan janji bahwa dia akan diampuni, maka perlu saya katakan bahwa Alkitab tidak pernah menyampaikan hal yang semacam itu. Alkitab tidak pernah mendorong seorang berdosa untuk berkata, "Aku akan betobat jika Engkau mau mengampuni." Dan memang tidak ada tawaran pengampunan sebagai pendorong untuk pertobatan.
Beberapa catatan penutup
1. Sebagian orang lebih giat mempertobatkan orang berdosa daripada mengupayakan pengudusan jemaat dan pemuliaan nama Allah melalui perbuatan baik umat-Nya.
Banyak orang yang ingin melihat orang lain diselamatkan, bukan karena kehidupan dan perbuatan orang itu menyakiti serta mempermalukan Allah, melainkan karena mereka prihatin akan orang tersebut dan tidak ingin melihat dia masuk neraka. Orang kudus sejati merasa sedih melihat dosa, karena dosa mempermalukan nama Allah. Dan mereka paling prihatin saat melihat orang Kristen berbuat dosa karena itu bahkan lebih mempermalukan Allah.
Sebagian orang tampaknya tak begitu peduli akan keadaan Jemaat, selama mereka bisa mempertobatkan lebih banyak orang lain, bagi mereka 'keberhasilan' penginjilan sama dengan 'keberhasilan' Jemaat, namun mereka tidak begitu peduli apakah Allah dipermalukan atau dipermuliakan lewat kehidupan Jemaat itu. Hal ini menunjukkan bahwa mereka tidak didorong oleh kasih yang murni kepada Allah dan kekudusan, melainkan pada perasaan manusiawi mereka terhadap si orang berdosa itu.
2. Berdasarkan semua hal yang telah saya sampaikan itu, sangatlah mudah untuk memahami mengapa banyak orang yang mengaku Kristen namun memiliki pandangan yang begitu berbeda tentang apa sebenarnya Injil itu
Sebagian orang memandang Injil hanya sebagai suatu hiburan saja bagi umat manusia, di mana Allah ternyata bukanlah Pribadi yang seketat apa yang disampaikan dalam Hukum Taurat. Mereka mengira bahwa mereka bisa menjadi seduniawi apapun, dan Injil akan tetap menutupi kekurangan mereka serta menyelamatkan mereka.
Yang lain lagi, memandang Injil sebagai karunia ilahi dari Allah, dengan tujuan utama memusnahkan dosa dan menumbuhkan kekudusan. Oleh karenanya, kekudusan yang kurang dari yang dituntut dari dalam hukum Taurat adalah hal yang sangat mereka tolak, nilai Injil justru terletak dari kuasa untuk menjadikan mereka kudus.
 "Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman. Selidikilah dirimu! Atau, apakah kamu tidak menyadari bahwa Kristus Yesus ada di dalam diri kamu - melainkan kamu tidak tahan uji." (2 Kor 13.5 NASB)"

Apa itu pertobatan dan mengapa itu diperlukan untuk keselamatan?



Pertanyaan: Apa itu pertobatan dan mengapa itu diperlukan untuk keselamatan?

Jawaban: Banyak orang memahami istilah “pertobatan” berarti “berbalik dari dosa.” Ini bukanlah definisi Alkitab mengenai pertobatan. Dalam Alkitab, kata “bertobat” berarti “berubah pikiran.” Alkitab juga memberitahu kita bahwa pertobatan yang sejati akan menghasilkan perubahan tindakan (Lukas 3:8-14, Kisah Rasul 3:19). Kisah 26:20 menyatakan, “Tetapi mula-mula aku memberitakan bahwa mereka harus bertobat dan berbalik kepada Allah serta melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan pertobatan itu.” Definisi pertobatan yang sepenuhnya secara Alkitabiah adalah perubahan pikiran yang menghasilkan perubahan tingkah laku.

Kalau demikian, apa hubungan antara pertobatan dan keselamatan? Kitab Kisah Rasul nampaknya secara khusus memusatkan perhatian pada pertobatan dalam hubungannya dengan keselamatan (Kisah 2:38, 3:19; 11:18; 17:30; 20:21; 26:20). Bertobat, dalam kaitannya dengan keselamatan, adalah merubah pikiran Anda dalam hubungannya dengan Yesus Kristus. Dalam khotbah Petrus pada hari Pentakosta (Kisah 2) dia mengakhirinya dengan panggilan agar orang-orang bertobat (Kisah 2:38). Bertobat dari apa? Petrus memanggil orang-orang yang menolak Yesus Kristus (Kisah 2:36) untuk mengubah pikiran mereka mengenai Dia, untuk mengakui bahwa Dia sungguh-sungguh adalah “Tuhan dan Kristus” (Kisah 2:36). Petrus memanggil orang-orang untuk mengubah pikiran mereka dari menolak Kristus sebagai Mesias menjadi beriman kepadaNya sebagai Mesias dan Juruselamat. 


Pertobatan dan iman dapat dipahami sebagai “dua sisi dari koin yang sama.” Tidaklah mungkin beriman kepada Yesus Kristus sebagai Juruselamat tanpa terlebih dahulu mengubah pikiran Anda mengenai siapa Dia dan apa yang telah Dia lakukan. Apakah ini adalah pertobatan dari penolakan secara sengaja, atau pertobatan dari ketidakacuhan atau ketidaktertarikan – itu adalah perubahan pikiran. Pertobatan Alkitabiah, dalam hubungannya dengan keselamatan, adalah merubah pikiran Anda dari menolak Kristus menjadi beriman kepada Kristus. 


Adalah penting untuk memahami bahwa pertobatan bukanlah hasil karya kita demi untuk mendapatkan keselamatan. Tidak ada seorangpun dapat bertobat dan datang kepada Allah kecuali kalau Allah menarik orang tsb. kepadaNya (Yohanes 6:44). Kisah 5:31 dan 11:18 mengindikasikan bahwa pertobatan adalah pemberian Allah – yang dimungkinkan semata-mata karena anugrahNya. Tidak ada seorangpun yang dapat bertobat kecuali kalau Allah menganugrahkan pertobatan. Segala yang bersangkutan dengan keselamatan, termasuk pertobatan dan iman, adalah hasil dari Allah menarik kita, membuka mata kita, dan mengubah hati kita. Panjang sabar Allah menuntun kita kepada pertobatan (2 Petrus 3:9), demikian pula kebaikanNya (Roma 2:4).


Sekalipun pertobatan bukanlah pekerjaan yang menghasilkan keselamatan, pertobatan yang menuntun pada keselamatan pasti menghasilkan suatu karya. Adalah tidak mungkin untuk benar-benar dan secara keseluruhan mengubah pikiran Anda tanpa hal itu menyebabkan perubahan dalam perilaku. Dalam Alkitab pertobatan menghasilkan perubahan tingkah laku. Itu sebabnya Yohanes Pembaptis berseru agar orang-orang “menghasilkan buah yang sesuai dengan pertobatan” (Matius 3:8). Seseorang yang benar-benar telah bertobat dari penolakan akan Kristus kepada iman akan Kristus akan nyata melalui hidup yang berubah (2 Korintus 5:17, Galatia 5:19-23, Yakobus 2:14-26). Pertobatan, didefinisikan secara tepat, adalah perlu untuk keselamatan. Pertobatan yang Alkitabiah adalah mengubah pikiran Anda mengenai Yesus Kristus dan berbalik kepada Allah dalam iman untuk keselamatan (Kisah 3:19). Berbalik dari dosa bukanlah definisi dari pertobatan, melainkan adalah salah satu hasil dari pertobatan yang sejati, yang berlandaskan iman yang menuntun kepada Tuhan Yesus Kristus.


Oleh : Bpk C Simatupang


Manusia hidup untuk menghadapi masalah

Written By Unknown on Senin, 15 Juli 2013 | 09.33


Manusia hidup untuk menghadapi masalah

Siapa pun pernah menghadapi masalah, masalah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan kita, semua mengambil bagian baik tua, muda, kecil, besar. Bahkan terkadang masalah itu datang secara bertubi – tubi, yang sering membuat kita merontah dan menangis. Terkadang ketika masalah itu datang kita tidak siap untuk menghadapinya sehingga kita sering lari ke hal – hal yang negatif, bahkan sampai kepada mengakhiri hidup.

Lalu dari mana masalah itu datang ? jawabnya, itu adalah “SETAN” ya, iblisnya penyebab utamanya atau pun sumber datangnya masalah itu. Dimulai dengan kecemburuannya kepada kuasa Allah, s ehingga dia mengacaukan ciptaannya, dengan segala bujuk rayu, dan tipu muslihatnya membuat kita sering kali jatuh dan menimbulkan masalah dalam hidup kita.
Bagaimana cara kita menghadapi setiap masalah yang datang dalam kehidupan kita, mencoba mengacaukan kehidupan kita ? jawabnya “DOA” – “Iman” – “ Yesus”.

Setan merupakan penyebab utama munculnya masalah, namun disamping atau aspek lain timbulnya masalah dalam kehidupan kita ?
1. Diri sendiri
Kontrol emosi, hawa nafsu yang tidak terkendali terkadang pemicu mulculnya masalah dalam kehidupan kita, emosi dan hawa nafsu yang berlebih terkadang menimbulkan ambisi yang berakibat timbulnya masalah  dalam diri.
Contoh Alkitab : Yunus
Yusus disuruh Tuhan untuk pergi ke kota Niniwe namun, karna hawa nafsu dan kebencian terhadap kota Niniwe yang merupakan pusat dari kerajaan asyur yang kejam , membuat Yunus memutuskan untuk pergi ke kota Tarsis gantinya pergi ke kota Niniwe, dan disinilah timbul masalah akibat Yunus lebih mementingkan hawa nafsunya, kebencian, daripada perintah Tuhan, dan kita tau akhirnya Yunus harus menerima akibat dari perbuatannya.

2. Orang lain
Keirian dan ketidaksangguan sering membuat orang lain benci atau tidak suka dengan kehadiran kita didekat mereka, sehingga mereka sering menimbulkan masalah dalam kehidupan kita.
Contoh Alkitab : Yusuf
Ketika Yusuf berada dirumah Potifar, dia difitna oleh istri Potifar hendak memperkosa dia, namun, hal tersebut dia lakukan karna Yusuf memiliki iman yang teguh terhadap bujuk rayu yang sering dilakukan oleh istri Potifar pada saat itu. Hal tersebutlah yang menimbulkan masalah, sehingga Yusuf harus di penjara. Namun karna keteguhan imannya kepada Yesus akhirnya di berkati Tuhan dan menjadi orang nomor satu di negeri orang.
Apakah Tuhan mengizinkan masalah datang kepada kita ? Ya, Tuhan mengizinkan masalah datang dalam kehidupan kita. Mengapa ? Jawabnya karna Tuhan ingin menaikkan kelas iman kita. Ada beberapa hal tujuan adanya masalah diberikan Tuhan ;
1. Menyadari Kebenaran Allah (Kehadiran Allah)
2. Bersandar kepada Allah
3. Melihat keadaaan diri (Bercermin)
4. Mengakui salah dan mau bertobat.

Sebagai orang Kristen, bila masalah datang kepada kita, jangan kita merasa bahwa itu sebuah beban, atau hal yang membuat kita galau, sehingga kita sering takut bahkan mencoba melakukan segala hal agar masalah tidak timbul dalam kehidupan kita. 
Walau pun terkadang masalah yang datang membuat kita sedih, menangis, dan ingin mengakhiri diri. Tetapi bila kita ingat akan janji Tuhan dan tujuan-Nya mengizinkan masalah itu datang dalam kehidupan itu dapat menaikkan kelas iman kita dalam menghadapi kehidupan sehari – hari, kita tidak takut lagi bilamana masalah itu datang menghampiri kehidupan kita, sebab ada janji Tuhan, bahwa semua akan indah pada waktunya.

Kesimpulan :
Diganggu rasa bersalah, biarlah kita berpegang kepada janji pengampunan Tuhan, Bingung dengan masa depan, biarlah kita percaya akan janji bimbingan-Nya, Kehilangan orang yang kita sayangi, biarlah kita ingat bahwa ada janji pengharapan bersama-Nya. 

Oleh : Bpk Teddy Purba

Kesatuan dalam Perbedaan

Written By Unknown on Jumat, 12 Juli 2013 | 10.59

Klik Gambar Untuk Melihat Ukuran Besar
 

Download DISINI

Sekolah Sabat 4 "19 April - 26 April"

Written By Unknown on Senin, 22 April 2013 | 13.55

Allah untuk Semua Bangsa (Amos)

Sabat Petang
Bacalah Untuk Pelajaran Pekan ini : Amos 1-2; Yes. 58; Luk. 12:47,48; I Raj. 8:37-40; Amos 4:12,13; Obaja.

Ayat Hafalan: "Singa telah mengaum, siapakah yang tidak ta­kut? Tuhan ALLAH telah berfirman, siapakah yang tidak bernubuat?"  (Amos 3:8).
Pokok Pikiran : Tindakan yang tidak manusiawi adalah dosa terhadap Allah dan akan dihakimi oleh karena hal itu.

 Di dalam Alkitab, singa sering digambarkan sebagai raja dunia binatang. Kehadirannya menimbulkan keagungan dan kekuatan yang luar biasa  seperti halnya juga keganasan dan kekuatan yang merusak. Bahkan ketika tidak berburu, singa dapat terdengar, aumannya terdengar bermil-mil. Amos, seorang gembala, yang dikirim ke bangsa Israel untuk memperingatkan mereka bahwa ia telah mendengarkan singa mengaum —dan singa itu tidak lain adalah Tuhan mereka! Digerakkan oleh Roh Kudus, nabi Amos membanding­kan cara Allah berbicara kepada bangsa-bangsa, demikian juga kepada umat pilihan-Nya, dengan auman singa (lihat Amos 1:2)

Amos dipanggil untuk memberi nubuatan kepada bangsa-bangsa yang te­lah melakukan kejahatan kepada umat manusia. Dia juga dikirim kepada ma­syarakat yang rohani dan unggul yang hidup dalam kedamaian dan kemak­muran. Namun, mereka juga menekan orang miskin dan membiarkan usaha yang tidak jujur dan penyuapan di pengadilan. Pekan ini kita akan mendengar­kan kepada apa yang Tuhan katakan tentang perbuatan-perbuatan yang ter­cela ini.
* Pelajari pelajaran pekan ini untuk persiapan Sabat, 27 April

Minggu 21 April
KEJAHATAN TERHADAP KEMANUSIAAN


Baca Amos 1 dan 2. Mengapakah Tuhan memperingatkan bahwa penghukuman akan tiba?
1:1. Perkataan yang dinyatakan kepada Amos, salah seorang peternak domba dari Tekoa, tentang Israel pada zaman Uzia, raja Yehuda, dan dalam zaman Yerobeam, anak Yoas, raja Israel, dua tahun sebelum gempa bumi.
1:2 Berkatalah ia: "TUHAN mengaum dari Sion dan dari Yerusalem Ia memperdengarkan suara-Nya; keringlah padang-padang penggembalaan dan layulah puncak gunung Karmel."
1:3. Beginilah firman TUHAN: "Karena tiga perbuatan jahat Damsyik, bahkan empat, Aku tidak akan menarik kembali keputusan-Ku: Oleh karena mereka telah mengirik Gilead dengan eretan pengirik dari besi,
1:4 Aku akan melepas api ke dalam istana Hazael, sehingga puri Benhadad dimakan habis;
1:5 Aku akan mematahkan palang pintu Damsyik dan melenyapkan penduduk dari Bikeat-Awen serta pemegang tongkat kerajaan dari Bet-Eden; dan rakyat Aram harus pergi sebagai orang buangan ke Kir," firman TUHAN.
1:6 Beginilah firman TUHAN: "Karena tiga perbuatan jahat Gaza, bahkan empat, Aku tidak akan menarik kembali keputusan-Ku: Oleh karena mereka telah mengangkut ke dalam pembuangan suatu bangsa seluruhnya, untuk diserahkan kepada Edom,
1:7 Aku akan melepas api ke dalam tembok Gaza, sehingga purinya dimakan habis;
1:8 Aku akan melenyapkan penduduk dari Asdod dan pemegang tongkat kerajaan dari Askelon; Aku akan mengacungkan tangan-Ku melawan Ekron, sehingga binasalah sisa-sisa orang Filistin," firman Tuhan ALLAH.
1:9 Beginilah firman TUHAN: "Karena tiga perbuatan jahat Tirus, bahkan empat, Aku tidak akan menarik kembali keputusan-Ku: Oleh karena mereka telah menyerahkan tertawan suatu bangsa seluruhnya kepada Edom dan tidak mengingat perjanjian persaudaraan,
1:10 Aku akan melepas api ke dalam tembok Tirus, sehingga purinya dimakan habis."
1:11 Beginilah firman TUHAN: "Karena tiga perbuatan jahat Edom, bahkan empat, Aku tidak akan menarik kembali keputusan-Ku: Oleh karena ia mengejar saudaranya dengan pedang dan mengekang belas kasihannya, memendamkan amarahnya untuk selamanya dan menyimpan gemasnya untuk seterusnya,
1:12 Aku akan melepas api ke dalam Teman, sehingga puri Bozra dimakan habis."
1:13 Beginilah firman TUHAN: "Karena tiga perbuatan jahat bani Amon, bahkan empat, Aku tidak akan menarik kembali keputusan-Ku: Oleh karena mereka membelah perut perempuan-perempuan hamil di Gilead dengan maksud meluaskan daerah mereka sendiri,
1:14 Aku akan menyalakan api di dalam tembok Raba, sehingga purinya dimakan habis, diiringi sorak-sorai pada waktu pertempuran, diiringi angin badai pada waktu puting beliung;
1:15 dan raja mereka harus pergi sebagai orang buangan, ia bersama-sama dengan pembesar-pembesarnya," firman TUHAN.
2:1. Beginilah firman TUHAN: "Karena tiga perbuatan jahat Moab, bahkan empat, Aku tidak akan menarik kembali keputusan-Ku: Oleh karena ia telah membakar tulang-tulang raja Edom menjadi kapur,
2:2 Aku akan melepas api ke dalam Moab, sehingga puri Keriot dimakan habis; Moab akan mati di dalam kegaduhan, diiringi sorak-sorai pada saat sangkakala berbunyi;
2:3 Aku akan melenyapkan penguasa dari antaranya dan membunuh segala pembesarnya bersama-sama dengan dia," firman TUHAN.
2:4 Beginilah firman TUHAN: "Karena tiga perbuatan jahat Yehuda, bahkan empat, Aku tidak akan menarik kembali keputusan-Ku: Oleh karena mereka telah menolak hukum TUHAN, dan tidak berpegang pada ketetapan-ketetapan-Nya, tetapi disesatkan oleh dewa-dewa kebohongannya, yang diikuti oleh nenek moyangnya,
2:5 Aku akan melepas api ke dalam Yehuda, sehingga puri Yerusalem dimakan habis."
2:6 Beginilah firman TUHAN: "Karena tiga perbuatan jahat Israel, bahkan empat, Aku tidak akan menarik kembali keputusan-Ku: Oleh karena mereka menjual orang benar karena uang dan orang miskin karena sepasang kasut;
2:7 mereka menginjak-injak kepala orang lemah ke dalam debu dan membelokkan jalan orang sengsara; anak dan ayah pergi menjamah seorang perempuan muda, sehingga melanggar kekudusan nama-Ku;
2:8 mereka merebahkan diri di samping setiap mezbah di atas pakaian gadaian orang, dan minum anggur orang-orang yang kena denda di rumah Allah mereka.
2:9. Padahal Akulah yang memunahkan dari depan mereka, orang Amori, yang tingginya seperti tinggi pohon aras dan yang kuat seperti pohon tarbantin; Aku telah memunahkan buahnya dari atas dan akarnya dari bawah.
2:10 Padahal Akulah yang menuntun kamu keluar dari tanah Mesir dan memimpin kamu empat puluh tahun lamanya di padang gurun, supaya kamu menduduki negeri orang Amori;
2:11 Aku telah membangkitkan sebagian dari anak-anakmu menjadi nabi dan sebagian dari teruna-terunamu menjadi nazir. Bukankah betul-betul begitu, hai orang Israel?" demikianlah firman TUHAN.
2:12 "Tetapi kamu memberi orang nazir minum anggur dan memerintahkan kepada para nabi: Jangan kamu bernubuat!
2:13 Sesungguhnya, Aku akan mengguncangkan tempat kamu berpijak seperti goncangan kereta yang sarat dengan berkas gandum.
2:14 Orang cepat tidak mungkin lagi melarikan diri, orang kuat tidak dapat menggunakan kekuatannya, dan pahlawan tidak dapat melarikan diri.
2:15 Pemegang panah tidak dapat bertahan, orang yang cepat kaki tidak akan terluput dan penunggang kuda tidak dapat meluputkan diri.
2:16 Juga orang yang berhati berani di antara para pahlawan akan melarikan diri dengan telanjang pada hari itu," demikianlah firman TUHAN.

Dua pasal pertama dari buku Amos berisi tujuh nubuatan terhadap negara-negara yang berdekatan, yang diikuti oleh nubuatan terhadap Israel. Bangsa-bangsa asing tidak dihakimi karena mereka merupakan musuh Israel tetapi ka­rena pelanggaran-pelanggaran mereka terhadap prinsip-prinsip kemanusiaan. Dua hal menonjol dalam kutukan Amos: Hilangnya kesetiaan dan hilangnya belas kasihan.

Contohnya, Tirus memimpin kota perdagangan yang terletak di pesisir Mediterania di sebelah utara Israel. Karena benteng pulau mereka hampir ti­dak bisa ditembus, mereka membual karena keamanan itu. Bahkan, para pe­mimpin Tirus membuat perjanjian damai dengan bangsa-bangsa sekitar me­reka, seperti Filistin. Kota itu bersekutu dengan Israel melalui "perjanjian per­saudaraan" selama pemerintahan Daud dan Salomo (IRaja. 5:1,12) dan bah­kan raja Ahab (1 Raja. 16:30,31). Tidaklah mengejutkan untuk membaca 1 Raja-raja 9:13 bahwa Hiram, Raja Tirus, menyebut Salomo "Saudaraku. "

Namun, bangsa Tirus telah melanggar "perjanjian persaudaraan". Tirus ti­dak dikutuk oleh karena membawa tawanan, tetapi karena menyerahkan me­reka kepada musuh Israel, bangsa Edom. Jadi, orang-orang Tirus bertanggung jawab untuk kekejaman yang diderita oleh tawanan ini di tangan musuh-musuh mereka. Dalam pemandangan Allah, seseorang yang membantu dan mendu­kung kejahatan sama bersalahnya dengan orang yang melakukan itu.

Karena Allah berkuasa atas semuanya, dia memegang masa depan dari se­mua bangsa di dalam tangan-Nya. Dia memiliki tujuan dan perhatian yang jauh melampaui perbatasan Israel. Allah Israel adalah Allah semua bangsa; semua sejarah manusia dalam perhatiannya. Dia adalah Allah Pencipta, yang mem­beri kehidupan untuk semua, dan semua bertanggung jawab kepada-Nya.

Siapakah di antara kita tidak penuh dengan penderitaan saat melihat ketidakadilan yang tidak masuk akal? Ketika tidak ada Allah, harapan keadilan apa yang kita miliki untuk dilakukan? Apakah janji, yang dite­mukan di seluruh Alkitab, tentang Allah membawa keadilan dan penga­dilan kepada dunia berarti untukmu? Bagaimanakah kita belajar untuk bergantung kepada janji di tengah-tengah semua ketidakadilan yang kita lihat sekarang?

Senin 22 April
KEADILAN BAGI YANG TERTINDAS

Penghakiman universal Allah adalah satu dari pokok pengajaran yang dite­mukan di buku Amos. Pada permulaan bukunya, Amos mengumumkan peng­hakiman bagi beberapa negara tetangga Israel karena kejahatan mereka terha­dap kemanusiaan. Kemudian, bagaimanapun juga, Amos dengan berani me­ngatakan bahwa Allah juga akan menghakimi Israel. Kemarahan Allah tidak hanya ditujukan kepada bangsa-bangsa tetapi juga kepada umat yang telah di- pilih-Nya. Bangsa Yehuda telah menolak Firman Tuhan dan tidak menuruti pe- tunjuk-Nya.

Pada saat yang sama, Amos lebih luas lagi berhubungan dengan Israel dari pada Yehuda, walaupun dia telah melanggar perjanjian Allah dan melakukan banyak dosa. Kemakmuran ekonomi Israel dan stabilitas politik membawa bangsa itu kepada kerusakan rohani. Kerusakan rohani ini kelihatan pada ke­tidakadilan sosial. Di Israel, orang kaya mengeksploitasi orang miskin, dan orang yang kuat mengeksploitasi orang lemah. Orang kaya hanya peduli ke­pada diri sendiri dan penghasilan pribadi, walaupun itu harus mengorbankan dan menyengsarakan orang miskin (Tidak banyak berbeda dalam beribu ta­hun bukan?)

Baca Yesaya 58. Dalam hal apakah pasal ini menangkap aspek dari kebenaran masa kini? Dalam cara apakah, meskipun, apakah pekabaran kita kepada dunia lebih daripada ini?
Yesaya 58
58:1. Serukanlah kuat-kuat, janganlah tahan-tahan! Nyaringkanlah suaramu bagaikan sangkakala, beritahukanlah kepada umat-Ku pelanggaran mereka dan kepada kaum keturunan Yakub dosa mereka!
58:2 Memang setiap hari mereka mencari Aku dan suka untuk mengenal segala jalan-Ku. Seperti bangsa yang melakukan yang benar dan yang tidak meninggalkan hukum Allahnya mereka menanyakan Aku tentang hukum-hukum yang benar, mereka suka mendekat menghadap Allah, tanyanya:
58:3. "Mengapa kami berpuasa dan Engkau tidak memperhatikannya juga? Mengapa kami merendahkan diri dan Engkau tidak mengindahkannya juga?" Sesungguhnya, pada hari puasamu engkau masih tetap mengurus urusanmu, dan kamu mendesak-desak semua buruhmu.
58:4 Sesungguhnya, kamu berpuasa sambil berbantah dan berkelahi serta memukul dengan tinju dengan tidak semena-mena. Dengan caramu berpuasa seperti sekarang ini suaramu tidak akan didengar di tempat tinggi.
58:5 Sungguh-sungguh inikah berpuasa yang Kukehendaki, dan mengadakan hari merendahkan diri, jika engkau menundukkan kepala seperti gelagah dan membentangkan kain karung dan abu sebagai lapik tidur? Sungguh-sungguh itukah yang kausebutkan berpuasa, mengadakan hari yang berkenan pada TUHAN?
58:6 Bukan! Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk,
58:7 supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri!
58:8. Pada waktu itulah terangmu akan merekah seperti fajar dan lukamu akan pulih dengan segera; kebenaran menjadi barisan depanmu dan kemuliaan TUHAN barisan belakangmu.
58:9 Pada waktu itulah engkau akan memanggil dan TUHAN akan menjawab, engkau akan berteriak minta tolong dan Ia akan berkata: Ini Aku! Apabila engkau tidak lagi mengenakan kuk kepada sesamamu dan tidak lagi menunjuk-nunjuk orang dengan jari dan memfitnah,
58:10 apabila engkau menyerahkan kepada orang lapar apa yang kauinginkan sendiri dan memuaskan hati orang yang tertindas maka terangmu akan terbit dalam gelap dan kegelapanmu akan seperti rembang tengah hari.
58:11 TUHAN akan menuntun engkau senantiasa dan akan memuaskan hatimu di tanah yang kering, dan akan membaharui kekuatanmu; engkau akan seperti taman yang diairi dengan baik dan seperti mata air yang tidak pernah mengecewakan.
58:12 Engkau akan membangun reruntuhan yang sudah berabad-abad, dan akan memperbaiki dasar yang diletakkan oleh banyak keturunan. Engkau akan disebutkan "yang memperbaiki tembok yang tembus", "yang membetulkan jalan supaya tempat itu dapat dihuni".
58:13. Apabila engkau tidak menginjak-injak hukum Sabat dan tidak melakukan urusanmu pada hari kudus-Ku; apabila engkau menyebutkan hari Sabat "hari kenikmatan", dan hari kudus TUHAN "hari yang mulia"; apabila engkau menghormatinya dengan tidak menjalankan segala acaramu dan dengan tidak mengurus urusanmu atau berkata omong kosong,
58:14 maka engkau akan bersenang-senang karena TUHAN, dan Aku akan membuat engkau melintasi puncak bukit-bukit di bumi dengan kendaraan kemenangan; Aku akan memberi makan engkau dari milik pusaka Yakub, bapa leluhurmu, sebab mulut Tuhanlah yang mengatakannya.

Alkitab dengan jelas mengajar bahwa keadilan sosial seharusnya menjadi hasil dari Injil. Sementara Roh Kudus membuat kita semakin seperti Yesus, kita belajar untuk membagikan kepedulian Allah. Buku Musa menuntut per­lakuan yang adil kepada orang asing, janda dan yatim piatu (Kel. 22:21-24). Nabi-nabi berbicara tentang kepedulian Allah kepada perlakuan yang adil dan kasih kepada orang-orang yang tidak beruntung (Yes. 58:6, 7). Pemazmur me­nyebut Allah yang hidup pada tempat-Nya yang kudus "bapa bagi anak yatim, pelindung bagi janda" (Mzm. 68:5). Kristus menunjukkan perhatian yang be­sar bagi mereka yang ditolak masyarakat (Mark. 7:24-30; Yoh. 4:7-26). Yakobus memanggil kita untuk menempatkan iman kita ke dalam perbuatan dan menolong orang-orang yang tidak mampu (Vak. 2:14-26). Tidak ada pengi­kut Kristus yang boleh tidak melakukan itu dan menjadi benar-benar menjadi pengikut Kristus.

Selasa 23 April
BAHAYA DARI HAK ISTIMEWA

Pekabaran nubuatan dari Amos tidak dimaksudkan untuk dibatasi kepada keadaan Israel tetapi cakupannya meluas kepada Israel dan Yehuda. Dalam Perjanjian Lama, Israel memiliki keunikan tetapi bukan hanya mereka menun­tut Tuhan.

Baca Amos 3:1,2. Kata kerja Ibrani yada, "untuk mengetahui," yang digu­nakan dalam ayat 2, memiliki kesan keintiman. Dalam Yeremia 1:5,contohnya, Allah mengatakan bahwa Dia mengenal" nabi itu dan mengasingkan dia bah­kan sebelum dia lahir. Demikian halnya juga dengan Israel. Mereka bukan ha­nya bangsa lain di antara bangsa-bangsa. Sebaliknya, mereka diasingkan un­tuk tujuan Ilahi yang kudus. Mereka berdiri dalam hubungan yang khusus de­ngan Dia.

Allah sendiri yang telah memilih Israel dan membawanya dari perham­baan kepada kebebasan. Keluar dari Mesir adalah satu peristiwa yang sangat penting dalam permulaan sejarah Israel sebagai satu bangsa. Itu memberikan tempat bagi Allah untuk melakukan tindakan penebusan dan penaklukan ta­nah Kanaan. Tetapi kekuatan dan kemakmuran Israel memimpin kepada ke­sombongan dan kepuasan oleh karena status istimewanya sebagai bangsa pi­lihan Allah.

Baca pernyataan Kristus dalam Lukas 12:47, 48. Dalam cara apakah kita dapat memahami prinsip yang Dia ajarkan di sana? Saat hak isti­mewa yang besar disalahgunakan, hal itu akan digantikan dengan hu­kuman yang besar?

Lukas 12:47, 48
12:47 Adapun hamba yang tahu akan kehendak tuannya, tetapi yang tidak mengadakan persiapan atau tidak melakukan apa yang dikehendaki tuannya, ia akan menerima banyak pukulan.
12:48 Tetapi barangsiapa tidak tahu akan kehendak tuannya dan melakukan apa yang harus mendatangkan pukulan, ia akan menerima sedikit pukulan. Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut."

Di bawah ilham Ilahi, nabi itu memperingatkan bahwa karena orang-orang Israel adalah pilihan Allah, mereka bertanggung jawab untuk tindakan me­reka. Allah berkata bahwa hubungan yang unik dengan Allah dibarengi de­ngan kewajiban, dan hukuman akan diberikan jika kewajiban itu tidak dipe­nuhi. Dengan kata lain, Israel sebagai umat pilihan Allah, memiliki tanggung jawab yang lebih besar untuk penghakiman, karena hak istimewa ini memerlu­kan tanggung jawab. Pemilihan Israel, bukan hanya status istimewa; mereka dipanggil untuk menjadi saksi kepada dunia tentang Tuhan yang telah mem­berkati mereka.

"Gereja-gereja yang mengaku sebagai milik Kristus pada generasi ini diangkat pada kesempatan-kesempatan yang tertinggi. Tuhan telah di­nyatakan kepada kita dalam terang yang semakin besar. Kesempatan kita adalah jauh lebih besar dari pada kesempatan umat Allah dahulu kala. —Ellen G. White, Perumpamaan-perumpamaan Tuhan Yesus, hlm. 320. Pi­kirkan tentang semua hal yang telah diberikan kepada kita sebagai Ge­reja Masehi Advent Hari Ketujuh. Mengapakah tanggung jawab yang di­berikan kepada kita dengan keistimewaan membuat kita gemetar? Apa­kah mereka, atau kita terbiasa dengan hal itu. Apakah kita pernah men­jadi puas untuk semua yang kita peroleh? Jika tidak, bagaimanakah kita dapat berubah?

Rabu 24 April
PERTEMUAN ISRAEL DENGAN ALLAH

"Bersiaplah untuk bertemu dengan Aliahmu, hai Israel" (Amos 4:12)
Amos 4 dimulai dengan gambaran dosa Israel, dan diakhiri dengan pengu­muman akan hari perhitungan. Allah membuat umat-Nya khususnya bertang­gung jawab bagaimana mereka hidup dan memperlakukan yang lain.

Amos mendaftarkan daftar bencana alam, satu hal yang cukup untuk mem­buat mereka kembali kepada Allah. Daftar itu disusun dalam tujuh bencana, hukuman penuh bagi mereka yang melanggar perjanjian (sesuai dengan kata-kata Musa dalam Imamat 26). Beberapa bencana ini mengingatkan kita satu tu­lah yang dikirim Allah ke Mesir, sementara gambaran dari bencana yang terak­hir dengan tegas disebutkan kehancuran total dari Sodom dan Gomora.

Menurut doa Salomo saat penahbisan bait suci, apakah harus bencana yang menuntun orang untuk melakukan sesuatu? 1 Raja.8:37-40.
8:37 Apabila di negeri ini ada kelaparan, apabila ada penyakit sampar, hama dan penyakit gandum, belalang, atau belalang pelahap, apabila musuh menyesakkan mereka di salah satu kota mereka, apabila ada tulah atau penyakit apapun,
8:38 lalu seseorang atau segenap umat-Mu Israel ini memanjatkan doa dan permohonan di rumah ini dengan menadahkan tangannya--karena mereka masing-masing mengenal apa yang merisaukan hatinya sendiri--
8:39 maka Engkaupun kiranya mendengarkannya di sorga, tempat kediaman-Mu yang tetap, dan Engkau kiranya mengampuni, bertindak, dan membalaskan kepada setiap orang sesuai dengan segala kelakuannya, karena engkau mengenal hatinya--sebab Engkau sajalah yang mengenal hati semua anak manusia, --
8:40 supaya mereka takut akan Engkau selama mereka hidup di atas tanah yang telah Kauberikan kepada nenek moyang kami.

Orang Israel tidak berperangai seperti orang biasa lagi, dan Allah menda­pati adalah mustahil untuk mendapatkan perhatian mereka. Bahkan, pengha­kiman Allah mengakibatkan mengerasnya hati bangsa itu. Karena bangsa itu gagal untuk kembali kepada Allah, Amos menyampaikan kesempatan terak­hir untuk bertobat.

Penghakiman terakhir adalah segera, tetapi Amos tidak menjelaskan peng­hakiman apa yang akan terjadi. Ketidakpastian yang menghantui dalam kata- kata Amos membuat dalam menghadapi penghakiman semakin tidak menye­nangkan. Israel telah gagal untuk mencari Allah, sehingga Allah keluar men­jumpai Israel.

Amos 4:12 dimulai dengan kata-kata "sebab demikian akan kulakukan ke­padamu," yang menggemakan rumus sumpah tradisional. Pernyataan yang sungguh-sungguh ini memanggil tanggapan dari Israel untuk mempersiapkan bertemu dengan Aliahnya seperti yang mereka lakukan sebelumnya untuk ke­hadiran Allah di Sinai. (Kel. 19:11, 15).
Baca dengan teliti Amos 4:12, 13. Jika, tiba-tiba, kamu mendengar peringatan, "Bersiaplah untuk bertemu Tuhanmu, hai (namamu di sini)" — apakah tanggapanmu? Apakah satu-satunya harapanmu? Lihat Rm. 3:19-28.
Amos 4:12, 13
4:12 "Sebab itu demikianlah akan Kulakukan kepadamu, hai Israel. --Oleh karena Aku akan melakukan yang demikian kepadamu, maka bersiaplah untuk bertemu dengan Allahmu, hai Israel!"
4:13 Sebab sesungguhnya, Dia yang membentuk gunung-gunung dan menciptakan angin, yang memberitahukan kepada manusia apa yang dipikirkan-Nya, yang membuat fajar dan kegelapan dan yang berjejak di atas bukit-bukit bumi--TUHAN, Allah semesta alam, itulah nama-Nya.
Rm. 3:19-28
3:19. Tetapi kita tahu, bahwa segala sesuatu yang tercantum dalam Kitab Taurat ditujukan kepada mereka yang hidup di bawah hukum Taurat, supaya tersumbat setiap mulut dan seluruh dunia jatuh ke bawah hukuman Allah.
3:20 Sebab tidak seorangpun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa.
3:21 Tetapi sekarang, tanpa hukum Taurat kebenaran Allah telah dinyatakan, seperti yang disaksikan dalam Kitab Taurat dan Kitab-kitab para nabi,
3:22 yaitu kebenaran Allah karena iman dalam Yesus Kristus bagi semua orang yang percaya. Sebab tidak ada perbedaan.
3:23 Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah,
3:24 dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus.
3:25 Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya. Hal ini dibuat-Nya untuk menunjukkan keadilan-Nya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya.
3:26 Maksud-Nya ialah untuk menunjukkan keadilan-Nya pada masa ini, supaya nyata, bahwa Ia benar dan juga membenarkan orang yang percaya kepada Yesus.
3:27 Jika demikian, apakah dasarnya untuk bermegah? Tidak ada! Berdasarkan apa? Berdasarkan perbuatan? Tidak, melainkan berdasarkan iman!
3:28 Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat.

Kamis 25 April
KESOMBONGAN YANG MENUNTUN KEPADA KEJATUHAN


Baca buku Obaja. Kebenaran moral dan rohani apakah yang dapat kita ambil dari buku ini?
1:1. Penglihatan Obaja. Beginilah firman Tuhan ALLAH tentang Edom--suatu kabar telah kami dengar dari TUHAN, seorang utusan telah disuruh ke tengah bangsa-bangsa: "Bangunlah, marilah kita bangkit memeranginya!" --
1:2 Sesungguhnya, Aku membuat engkau kecil di antara bangsa-bangsa, engkau dihinakan sangat.
1:3 Keangkuhan hatimu telah memperdayakan engkau, ya engkau yang tinggal di liang-liang batu, di tempat kediamanmu yang tinggi; engkau yang berkata dalam hatimu: "Siapakah yang sanggup menurunkan aku ke bumi?"
1:4 Sekalipun engkau terbang tinggi seperti burung rajawali, bahkan, sekalipun sarangmu ditempatkan di antara bintang-bintang, dari sanapun Aku akan menurunkan engkau, --demikianlah firman TUHAN.
1:5 Jika malam-malam pencuri atau perampok datang kepadamu--betapa engkau dibinasakannya--bukankah mereka akan mencuri seberapa yang diperlukannya? Jika pemetik buah anggur datang kepadamu, bukankah mereka akan meninggalkan sisa-sisa pemetikannya?
1:6 Betapa kaum Esau digeledah, betapa harta bendanya yang tersembunyi dicari-cari!
1:7 Sampai ke tapal batas engkau diusir oleh semua teman sekutumu; engkau diperdayakan, dikalahkan oleh sahabat-sahabatmu. Siapa yang makan sehidangan dengan engkau memasang jerat terhadap engkau. --Tidak ada pengertian padanya.
1:8 Bukankah pada waktu itu, demikianlah firman TUHAN, Aku akan melenyapkan orang-orang bijaksana dari Edom, dan pengertian dari pegunungan Esau?
1:9 Juga para pahlawanmu, hai Teman, akan tertegun, supaya semua orang di pegunungan Esau lenyap terbunuh.
1:10. Karena kekerasan terhadap saudaramu Yakub, maka cela akan meliputi engkau, dan engkau akan dilenyapkan untuk selama-lamanya.
1:11 Pada waktu engkau berdiri di kejauhan, sedang orang-orang luar mengangkut kekayaan Yerusalem dan orang-orang asing memasuki pintu gerbangnya dan membuang undi atasnya, engkaupun seperti salah seorang dari mereka itu.
1:12 Janganlah memandang rendah saudaramu, pada hari kemalangannya, dan janganlah bersukacita atas keturunan Yehuda pada hari kebinasaannya; dan janganlah membual pada hari kesusahannya.
1:13 Janganlah masuk ke pintu gerbang umat-Ku pada hari sialnya, bahkan janganlah memandang ringan malapetaka yang menimpanya pada hari sialnya; dan janganlah merenggut kekayaannya pada hari sialnya.
1:14 Janganlah berdiri di persimpangan untuk melenyapkan orang-orangnya yang luput, dan janganlah serahkan orang-orangnya yang terlepas pada hari kesusahan.
1:15 Sebab telah dekat hari TUHAN menimpa segala bangsa. Seperti yang engkau lakukan, demikianlah akan dilakukan kepadamu, perbuatanmu akan kembali menimpa kepalamu sendiri.
1:16 Sesungguhnya, seperti kamu telah minum di atas gunung-Ku yang kudus, segala bangsapun akan minum dengan tidak henti-hentinya; bahkan, mereka akan minum dengan lahap, dan mereka akan menjadi seakan-akan mereka tidak pernah ada.
1:17. Tetapi di gunung Sion akan ada orang-orang yang terluput, dan gunung itu akan menjadi tempat kudus; dan kaum keturunan Yakub akan memiliki pula tanah miliknya.
1:18 Kaum keturunan Yakub akan menjadi api dan kaum keturunan Yusuf menjadi nyala api, dan kaum keturunan Esau menjadi tunggul gandum: mereka akan membakar dan memakan habis sekaliannya, dan dari kaum keturunan Esau tidak ada seorangpun yang terlepas, sebab Tuhanlah yang berfirman demikian.
1:19 Maka orang-orang Tanah Negeb akan memiliki pegunungan Esau, dan orang-orang Daerah Bukit akan memiliki tanah orang Filistin. Mereka akan memiliki daerah Efraim dan daerah Samaria, dan suku Benyamin akan memiliki daerah Gilead.
1:20 Orang-orang Israel yang diangkut ke dalam pembuangan akan memiliki tanah orang Kanaan sampai ke Zarfat; dan orang-orang Yerusalem yang diangkut ke dalam pembuangan, yang ada di Sefarad, akan memiliki kota-kota di Tanah Negeb.
1:21 Penyelamat-penyelamat akan naik ke atas gunung Sion untuk menghukumkan pegunungan Esau; maka Tuhanlah yang akan empunya kerajaan itu.

Obaja adalah buku terpendek dalam Perjanjian Lama, dan buku itu mela­porkan penglihatan nubuatan penghakiman Allah atas tanah Edom. Pekabaran dalam buku ini berpusat kepada tiga persoalan: Kesombongan Edom (ayat 1-4), penghinaan Edom yang akan datang (ayat 5-9), dan kejahatan Edom ter­hadap Yehuda (ayat 10-14).

Bangsa Edom adalah keturunan Esau saudara Yakub. Permusuhan an­tara Israel dan Edom kembali kepada permusuhan keluarga antara dua sau­dara kembar, yang kemudian menjadi bapa dari dua bangsa. Namun, menu­rut Kejadian 33, kedua saudara ini berdamai kemudian. Jadi, Allah memerin­tahkan bangsa Israel untuk tidak membenci Edom, karena dia adalah sauda­ramu. (Ulangan 23:7).

Meskipun demikian, permusuhan antara bangsa ini berlanjut selama be­rabad-abad. Ketika Babylon menghancurkan Jerusalem dan menawan pen­duduknya, bangsa Edom bukan hanya bersukacita tetapi bahkan memangsa orang Israel yang melarikan diri dan juga membantu menjarah Jerusalem (Maz. 137:7).Karena alasan ini, Nabi Obaja memperingatkan bahwa Edom akan di­hakimi sesuai dengan Standard mereka: "'Seperti yang telah kamu lakukan, demikianlah akan dilakukan kepadamu'" (Obaja 15). Bangsa Edom tidak ber­laku sebagai seorang saudara terhadap bangsa Yehuda pada saat kesusahan te­tapi justru bergabung dengan musuh untuk menyerang (Rat. 4:21,22).

Wilayah yang ditempati oleh Edom terletak di sebelah tenggara Laut Mati. Itu adalah daerah pegunungan yang dipenuhi dengan puncak gunung, tebing yang curam, gua, dan belahan yang dapat digunakan oleh musuh untuk ber­sembunyi. Sejumlah kota-kota Edom terletak pada daerah-daerah yang hampir tidak bisa dijangkau. Sela (dikenal juga sebagai Petra) adalah ibu kota Edom. Bangsa ini mengembangkan kesombongan yang disimpulkan dalam satu per­tanyaan. "Siapakah yang sanggup menurunkan aku ke bumi?" (Obaja 3).

Allah menuntut tanggung jawab bagi siapa yang mengambil keuntungan dari orang lain pada saat kesukaran. Obaja memperingatkan orang-orang so- dom yang angkuh yang akan membawa penghinaan ke atas kepala mereka. Ti­dak ada tempat untuk melarikan diri dari Allah (Amos 9:2,3). Hari Tuhan yang akan datang akan membawa baik penghakiman juga keselamatan. Edom akan meminum cawan murka Allah, sementara bagian umat-umat Allah akan dipu­lihkan.

Jumat 26 April
Pendalaman : Bacalah kutipan berikut ini dan diskusikan bagaimana mereka menolong kita untuk memahami dengan cara yang lebih jelas pekabaran dari Hosea 1-4 dan Obaja.

Dari permulaan Agama orang Israel percaya bahwa Allah telah memilih orang- orang istimewa ini untuk membawa misi Allah telah menjadi batu penjuru iman Ibrani dan menjadi tempat perlindungan pada masa-masa kesulitan. Namun, nabi itu merasa bahwa bagi banyak orang di zaman mereka batu penjuru ini menjadi batu sandungan; tempat perlindungan, sebuah pelarian. Mereka harus memperi­ngatkan bangsa itu bahwa terpilihnya bukan kesalahan, sebagai pilih kasih Ilahi atau kebal terhadap hukuman, tetapi, sebaliknya, itu berarti mereka jauh lebih ter­buka kepada pengadilan dan penghukuman Ilahi....

"Apakah keterpilihan berarti bahwa Allah secara khusus memperhatikan Isra­el? Apakah keluarnya mereka dari Mesir berarti bahwa Allah hanya terlibat dalam sejarah Israel dan sama sekali melupakan nasib bangsa-bangsa lain?" —Abraham J. Heschel, The Prophet, hlm. 32,33.
"Dengan pertahanan jiwa yang telah hancur, para penyembah yang disele­wengkan tidak mempunyai penghalang terhadap dosa dan memasrahkan diri me­reka sendiri kepada nafsu-nafsu jahat hati manusia"

"Terhadap penindasan yang mencolok, ketidakadilan yang menonjol, keme­wahan dan pemborosan yang luar biasa, pesta pora dan kemabukan yang tidak mengenal malu, kemerosotan moral yang jahat dan pelanggaran kesusilaan, pada zaman mereka, para nabi mengangkat suara mereka; tetapi protes mereka sia-sia saja, percuma saja celaan mereka terhadap dosa. "Mereka benci kepada yang mem­beri teguran di pintu gerbang kata Amos, dan mereka keji kepada yang berkata de­ngan tulus ikhlas". "Kamu yang menjadi orang benar terjepit, yang menerima uang suap dan yang mengesampingkan orang miskin di pintu gerbang." Amos 5:10, 12" —Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld.3, hal. 231.

PERTANYAAN UNTUK DIDISKUSIKAN
1.       Adalah mudah untuk berteman dengan seseorang yang memberikan sesuatu kepadamu. Bagaimana dengan orang-orang yang susah dan tidak memiliki sesuatu untuk diberi, dan nyatanya, membutuhkan sesuatu darimu? Sikap yang bagaimana yang harus kamu tunjukkan kepada orang-orang seperti itu? Sikap seperti apa yang harus kamu tunjukkan kepada mereka?
2.       Pikirkan tentang apa yang telah kita terima sebagai GMAHK. Keba­nyakan dari orang Kristen tidak memiliki pemikiran apa-apa tentang berkat hari Sabat.; Kebanyakan berpikir bahwa orang mati akan langsung pergi ke surga atau neraka. Banyak yang tidak percaya Ye­sus dibangkitkan secara fisik, atau tidak percaya akan kedatangan Yesus kedua kali secara nyata. Kebenaran besar apa lagikah yang ha­rus diketahui oleh orang lain? Tanggung jawab apa yang datang ke­pada kita karena memiliki kebenaran-kebenaran ini?
 
Support : Wisma Jaya Bekasi
Copyright © 2011. Buletin GMAHK Wisma Jaya - All Rights Reserved
Support : DepKomWJ