Renungan Pagi “Kabar
Baik Dari Patmos” 11 Februari 2013
"Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan.... AKU AKAN datang kepadamu dan AKU AKAN MENGAMBIL KAKI DIANMU dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat" (Wahyu 2:5).
Di tahun 1955, saya memimpin sekelompok mahasiswa dari Universitas Andrews dalam tur ke Turki, sebuah negara modern di mana terletak lokasi ketujuh gereja dalam Kitab Wahyu. Suatu hari, papan pengumuman menyatakan bahwa kami sedang mendekati kota Konya, di Turki bagian tengah di mana Paulus bekerja pada perjalanan misionaris pertama dan keduanya. Murat, pemandu setempat, memberitahu kami bahwa Konya berpenduduk lebih dari 500.000 jiwa, tetapi hanya tiga atau empat orang beragama Kristen, dan Murat mengenal mereka secara pribadi. Ketika dia juga memberitahu kami bahwa Konya adalah naam bahasa Turki untuk kota kuno Ikonium, saya sadar bahwa kota inilah lokasi komunitas Kristen yang berkembang pesat yang didirikan Paulus (Kis. 13:51-14:6). Kami lalu sadar bahwa seluruh area ketujuh jemaat dalam Kitab Wahyu memiliki satu persamaan. Efesus sekarang bernama Kusadasi, Filadelfia bernama Alashehir, dan tak seorang pun orang-orang Kristen di sana.
Ketika Yohanes menulis kitabnya, Kekristenan
sedang berkembang dengan kokohnya di Asia Kecil bagian tengah dan barat.
Kenyataannya, banyak sarjana Alkitab meyakini bahwa jauh lebih banyak
orang-orang Kristen di Asia Kecil pada abad mula-mula ini dibandingkan di mana
pun juga di dunia. Namun selama berabad-abad, gereja-gereja mengalami
penurunan dalam jumlahnya, hingga Islam akhirnya memunahkan mereka.
Wilayah-wilayah di mana gereja mula-mula pernah sangat kokoh berdiri
(mencakup Siria dan Afrika Utara) sekarang hampir seluruhnya Islam. Sebagaimana
yang Yesus peringatkan di dalam ayat di atas, kaki dian bisa diambil dari
tempatnya.
Namun demikian, bukan Islam yang
sebenarnya menghancurkan gereja. Di Afrika Utara, pertentangan doktrinal
dan etnik yang melemahkan Kekristenan. Orang-orang Kristen di Timur
Tengah gagal terlibat dalam budaya setempat, sehingga membukakan pintu pada
jaran Muhammad yang jauh lebih kontekstual. Selama Abad Pertengahan,
kempemimpinan gereja Eropa berusaha menghidupkan kembali Kekristenan di Timur
Tengah. Namun mereka salah memahami Injil dan memilih suatu metode (Perang
Salib) yang malah membuat keadaan makin buruk. Gerejalah yang
menghancurkan Kekristenan di daerah Timur Tengah bagian timur.
Sejarah seharusnya menjadi peringatan
bagi kita. di mana Injil dulu pernah berkembang luas, sekarang mengalami
penurunan. Namun demikian, wilayah-wilayah yang hampir-hampir tidak
mengenal Injil dua abad yang lalu (Afrika dan Asia) kini berkembang pesat jadi
pusat iman. Anda dan saya tidak boleh memandang remeh rencana Allah.
Jika kita meninggalkan misi kita, Tuhan akan membangkitkan orang-orang
lain untuk menggenapinya.
Tuhan, perbaruilah kejelasan misiku hari ini
agar kaki dianku tetap menyala.
Posting Komentar